home

Minggu, 13 Mei 2012

ASKEP CA OESOFAGUS

A. Definisi.
Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi.
B. Etiologi
Timbulnya karsinoma esofagus dihubungkan dengan faktor diit. Minum alkohol, dan merokok. Diduga juga berhubungan dengan penyakit sebelumnya. Esofagitis menahun karena rangsangan ahan kimia dan akalasia merupakan faktor resiko tinggi.
C. Patofisiologi dan Manifestasi Klinik
Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul. Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi pembuluh darah besar.
Bila gejala terjadi yang berhubungan dengan kanker esofagus penyakit ini secara umum meluas. Gejala termasuik disfagia, pada awalnya dengan makanan padat dan akhirnya edngan cairan; perasaan ada massa ditenggorokan; nyeri saat menelan; nyeri substernal atau rasa penuh; dan kemudian regurgutasi makanan yang tidak dicerna disertai bau nafas busuk dan cegukan
Pasien pada awalnya hanya makanan padat yng menyebabkan distres, tetapi dengan berkembangnya penyakit dan obsrtuksi cairan tidak adapat masuk ke lambung. Regurgitasi makanan dan saliva terjadi hemoragi dapt terjadi dan penurunan progresif berat badan dan kekuatan terjdi sebagai akibat kelaparan. Gejala selanjutnya mencakup nyeri substernal, cegukan, kesulitan bernfas dn bau nafas busuk
E. Pemeriksaan Penunjang.
Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenosopi (EGD) dengan biopsi dan sikatan. Bronkoskopi biasanya dilakukan pada tumor dengan sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membentu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Mediastenosskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker tellah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. Kanker esofagus ujung bawah mungkin berhubungan dengan adenokarsinoma lambung yng meluas ke atas esofagus.
F. Penanganan
Bila kanker tersebut ditemukan pada tahap awal, sasaran pengobaan dapat diarahkan pada pengobatan; namun, kanker sering ditemukan pada tahap akhir, yang membuat paliasi merupakan satu-satunya tujuan yang harus diterima. Pengobatan dapat mencakup pembedahan
Standar penetalaksanaan bedah mencakup reseksi total esofagus dengan pengangkata tumor dan margin luas bebas-tumor dan esofagus dan nodus limfa area. Tumor esofagus torakal bawah lebih mungkin dilakukan pembedahan daripada dilkalisasikan lebih tinggi pada esofagus, dan integritas saluran GI dipertahankandengan menanam esofagus bawah ke dalam lambung.
Reseksi bedah esofagus mempinyai angka mortalitas relatif tingiakibat infeksi, komplikasi paru, dan kebocoran melalui anastomisis. Pada pasca operasi pasien akan dipasang selanbg nasogastrik yang tidak boleh dimanipulasi. Pasien dipertahankan puasa sampai pemeriksan sinar X memastikan bahwa anastomisis aman dan tidak bocor.
Penggunaan terapi radiasi baik sendiri maupun ada hubunganya dengan bedah praoperasi dan pasca operasi, mungkin merupkan pilihan pengobatan. Pengunaan kemoterapi dikombinasi edngan radiasi atau pembedahan juga sedang diteliti. Pengobatan paliatif mungkin perlu mempertahankan sofagus tetap terbuka dan untuk membantu memberi nutrisi dan mengontrol saliva. Paliasi dapat diselesaikan dengandilatasi esofagus , terapi laser, penempatan endoprotesis, radiasi dan kemoterapi. Kaerna metode ideal pengobatan kanker esofagus belum ditemukan, setiap pasien diobati dengan mengunakan rencan operawatan individual.
II. MASALAH KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
1. Masalah Keperawatan
a. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.
b. Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).
c. Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatn mekanis (tumor)
d. Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker oesofagus.
2. Masalah Kolaborasi
a. PK: perdarahan
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa no 1
Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.“
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan selama 15 hari maka masalah keurangan nutrisi dapat diatasi
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampe meningkatkan status nutrisi pasiern
o Perawat mampu mengontrol BB pasien.
Client Outcome
o Pasien mengalami peningkatan BB menuju berat yang diharapkan
o BB pasien berada dalam rentang normal
o Mengenal faktor-faktor yang mnyebabkan BB dibawah normal.
o Pasien mampu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
o Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
o Pasien terebas dari tanda-tanda malnutrisi.
c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No
Intervensi
Rasionalisasi
Manajemen Nutrisi
1
tanyakan kepada klien apakah ia memiliki riwayat elergi terhadap makanan
untuk menentukan nutrisi yng tepat untuk pasien
2
beri dukungan kepada pasien untuk mendapatkan intake kaolri yang adekuat sesua dengan tipe tubuh dan pola aktivitasnya.
agar terjdi keseimbangan antara kebituhan kalori edngan pemasukan kalori
3
beri pasien makanan yang mengandung tinggi protein, tinggi kalori.
untuk meningkatkan BB pasien kearah normal
4
monitor catatan intake intake kandungan nutrisi pada makanan
mengukur apakah asien kebutuhan nutrisinya terpenuhi atau tidak.
Manajemen Gangguan Makan
1
Tentukan kemajuan BB harian yang diharapkan bersama klien.
dapat menilai keberhasilan dari peningkatan BB.
2
monitor masukan kalori perharinya
untuk memastikan apakah pasie mengkonsumsi cukup kalori
3
monitor pasien berkitan dengan makan, penurunan berat badan, dan kenaikan BB.
untuk menentukan efektivitas dan keberhasilan terapi yang digunakan.
4
anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya sehinga bisa mendukung program kenaikan BB.
kalori yang tersimpan bisa diubah sebagai cadangan dalam bentuk peningkatan masa otot.
2. Diagnosa no 2
Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan selama 15 hari maka masalah nyeri akut dapat diatasi
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampu menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan tingkat kenyamanan, dan mngontrol nyeri.
Client Outcome
o Pasien mampu menggunakan sekala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri saat ini dan menentukan tingkat kenyamanan yang diinginkan.
o Pasien mampu menerangkan bagaimana nyeri yang tidak terukur dapat diatasi.
o Pasien mampu menampilkan ktivitas pemulihan dengan dilaporkannya penerimaan terhadap tingkat nyeri.
o Pasien berada dalam kecukupan mengenai istirahat dan tidurnya
o Pasien mampu mendemonsrasikan menejemen nyeri non farmakologi
c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No
Intervensi
Rasionalisasi
1
tentukan apakah pneyrinya itu saat pengkajian atau tidak . jika ia bantu pasien untukemnurunkkan nyerinya tersebut.
intensitas, onset, durasi, dan peningkatan nyeri hendaknya dikaji untukmedpatkan data yang esensial..
2
tnyakan kepada klien mengenai pengalaman nyeri yang pernah ia alami dan metode yang digunakan untuk menurunkanya.
beberapa faktor penhambat dapat menghilangkan ekinginan klien untuk melaporkan neyri dan mengunakan obat analgesik.
3
mintalah kepada klien untuk melaporkn lokasi, intensitas dengan mengunakan skala nyeri, dan kualitas nyeri.
intensitas, lokasi dan kalitas nyeri hendaknya dilaporkan setelah prosedur tindakan untuk mengetahui keberhasilan treatmen
4.
eksplor kebutuhan p[asien dengan obat anlgesik opioid dan non-opioid.
intervensi pharmakologi merupakan alat utama sebagai penurun nyeri.
5
ajari pasien metode nonfharmakologi untuk menurunkan nyeri klien
digunakaan untuk sebagai suplemen dari metode phmakologik.
6.
anjurjkan pasien untuk menggunakan obat analgesik sesua dengan yang dianjurkan.
mencegah terjadinya penyalahgunaanobat
Diagnosa no 3
Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatan mekanis (tumor)
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan selama 10 hari maka masalah ketidakmampuan menelan dapat teratasi
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampu meningkatkan kemempuan menelan pasien.
Client Outcome
o Pasien mampu mendemonstrasikan proses menelan yang efektive tanpa batuk atau tersedak.
o Pasien terbebas dari bahya aspirasi
c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No
Intervensi
Rasionalisasi
1
pastikan kesiapan pasien untuk makan. Pasien perlu diawasi , kemampuan mengikuti instruksi, mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak, dan mampu menggerakan lidah dalam mulutnya.
jika salah satu dari faktro-faktor tersebut tidak ditemukan, maka bisa dipertumangkan untuk menghentikan pemberian makanan peroral dan menggunakan makanan enteral untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
2
kaji kemampuan klien untuk menelan dengan memposisikan jenmpol dan telunjuk pemeriksa pada laringelal proturberance. Minta klien untuk menelan rasakan kenaikan larink, minta klien untuk batuk, test refleks gag pada kedua sisi belakang pharingeal.
secara normal waktu yang dibutuhkan bagi bolus untuk untuk berpindah dari tempat dimana refleks dipicu ke pintu esopfhagea adalah 1 detikl Klien dengan kecelakaan kardiovaskular dengan waktu transit(proses menelan) yang lebih lama.mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berkembang ke arah pneumonia aspiration. Pasien bisa tersedak bahkan ketika masih mempuinyai gag refleks.
3
observasi tanda-tanda yang berhubunagn dengan proses menelan (batuk, cegukan, kesulitan menahan air liur, penurunan kemampuan untuk mengerakan lidah, bicara yang pelan )
semuanya merupakan tanda-tanda kerusakan kemampuan menelan
4.
jika klien mempunyai gangguan menelan, jangan memberikan makanan sampai diagnosa yang sesuai ditegakan. Pastikan makanan yang sesuai dengan berkonsultasi dengan dokter untuk pemberian makanan enteral, kebanyakan dengan menggunakan PEG tube.
makanan bagi pasien yang tidak bisa menelan dengan sempurn, dapat menyebabkan aspirasi dan kemungkinan kematian. Makanan enteal lewat PEG tube pada umumnya sering digunakan sebab berdasarkan penelitan pasien dengan PEG tube mandpatkan peningkatan status gizi dan nutrisidan memungkinkan peningkatan kemampuan hidup.
5
hindari pemberian makana cairan sampi paien mampu menelan secara efektiv. Tambahkan pengental cairan seperti madu, atau puding
penggunaan pengenatal dapat meningkatkan hidrasi dannn nutrisi
6.
berikan latihan menelan sesuai dengan yang diresepkan oleh team disfagia. (menyentuh langit-langit dengan lidah, merangsang lengkung tonsil, dan langit-langit lunak denagn logam dingin cermin pemeriksan (rangsangan suhu), latihan gerakanm mulut.
latihan menelan dapat meningkatkan kemampuan untuk menelan.
7
sediakan makanan dalam kondisi tenang jauh dari rangsangan berlebihan, dekat dengan ruang makan yang ribut.
lingkungan yang ramai dapat menurunkan mengunyah dan menelan.
8
pastikn bahwa klien memiliki waktu yang cukup untuk makan
pasien dengan gangguan menelan membutuhkan waktu 2-4 kali lebih lama dibanduing waktu makan orang normal.
9
Cek rongga mulut untuk memastikan pengosongan setelah klien menyelesaikan makanan. Berikan perawatan mulut . jika perlu ambil sisa makanan yang terdapat dalam mulut.
sisa makanan yang terselip dalam menyebabkan stomatitis, pembusikan gigi, kemungkinan aspirasi lebih lanjut.
10
jaga posisi tegak lurus 30-45 derajat.
posisi tegak lurus mempertahankan makanan tetap didalam lambung sampai kosonng mencegah terjadinya refluks dan aspiras.
11
awasi tanda-tanda aspirasi dan pneumonia. Auskultasi suara par setelah makan. Catat suara krakles atau wheezing dan peningkatan suhu.
tanda-tanda tersebut menunjukan terjadinya pneumonia.
4. Diagnosa no 4
Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker
oesofagus
a. Tujuan
Setelah dilakukan keperawatan selama 1 X 8 jam maka masalah defisit pengetahuan klien dapat diatasi.
b. Kriteria Hasil
NOC:
o Perawat mampu memahamkan kepada pasien mengenai proses penyakit
o Perawat mampu memahamkan prosedur pengobatan terhadap penyakitnya.
Client Outcome
o Pasien mampu menjelaskan kondisi penyakitnya, mengenali kbutuhan medikasi, dan mengerti pengobatanya..
o Pasien mampu menerapkan cara-cara hidup sehat dengan gaya hidupnya.
o Mendata sumber informasi dapat digunakan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan dukungan setelah perpisahan.
c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)
No
Intervensi
Rasionalisasi
Teaching Disease
1
kaji tingkat pengetahuan pasien berhubuangan dengan penyakit spesifknya
untuk menentukan materi apa yang cocok buat pasien
2
jelaskan tanda dan gejala yang diderita pasien
pasien lebih waspad jika mengalami hal-hal tersebut
3
jelaskan etiologi penyakit pasien
agar pasien bisa melakukan tindakan dalam rangka pencegahan penyakitnya
4
diskusikan tentang gaya hidup agar tdak terjadi komplikasi pada saat yang akan datang.
banyak penyakit yang kammbuh atau bertambh buruk dengan gaya hidup yang salah.
Teaching Individual
1
tentukan kebutuhan klien untuk belajar
minat seseorang sangat mempengaruhi hasil pembelajaran seseorang
2
kaji tingkat pendidikan pasien
masing-masing tingkat pendidikan memiiki cara yang unik dalam emmahami sesuatu.
3
kaji faktor penghambat dalam belajar
setiap individu memiliki keunikan tersensiri daalm mempelajari sesuatu sehingga faktor penghambatnyapun berbeda-beda.
4
libatkan klien dalam menentukan tujuan dari pembelajaranya
pasien akan lebih patuh dalam melakasanakanhasil pembelajaranya.
5
gunakan media gambar dalamm enerangkan suatu proses
visualsasi sebuah proses akan lebih berbkas hasilnya.
Daftar Pustaka:
a. Jong at al, 1977, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
b. Joanne et al, Nursinbg Intervention Calsification, Mosby, USA
c. Swearingen. 2001. keperawatn Medikal Bedah. EGC. Jakarta
d. Nanda. 2004. Nursing Diagnosis A Guide to Planning Care. Down load from www.Us.Elsevierhealth
e.   http://hidayat2.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar