home

Kamis, 07 Juni 2012

Pemeriksaan urine


PEMERIKSAAN URINE


Pemeriksaan pada urine meliputi :
1. Pemeriksaan fisik urine : Jumlah, Ph, warna, bau, dan kekeruhan.
2. Pemeriksaan kimia urine : protein, glukosa, keton bodies, bilirubin, urobilin.
3. Pemeriksaan Mikroskopis : Pemerikasaan sediment urine.
4. Pemeriksaan Bakteriologi : Kultur, test kepekaan antibiotic.

PEMERIKSAAN FISIK URINE
1. JUMLAH / VOLUME URINE
Pada keadaan normal volume selama 24 jam adalah : 600 – 1600 ml.
Dikatakan OLIGOURI bila volume mencapai : 100 – 600 ml / 24 jam.
Dikatakan ANURI, bila volume mencapai : kurang atau sama dengan 100 ml / 24 jam.
Besarnya volume urine seseorang amat tergantung pada :
• Intake cairan : makan / minum.
• Kehilangan cairan : keringat.
• Suhu badan.
• suhu sekitarnya.
Penyebabnya terjadi oliguari adalah :
I. FAKTOR RENAL :
1. Akut tubulair nekrosis.
2. Akut glomerulal nekrosis.
II. FAKTOR NON RENAL :
1. Penurunan intake cairan.
2. Peningkatan kehilangan cairan.
Penyebab terjadinya POLIURI : (produksi urine > 2500 ml / 24 jam).
1. Kronik Renal Diseases.
2. Diabetes Insipidus.
3. Polydipsi.
4. Obat Diuretika.
Dalam keadaan normal, volume urine pada siang hari > malam hari. Volume urine pada malam hari dapat > siang hari pada keadaan :
1. Glomerulo Tubulair Diseases yang berat.
2. Gangguan pada absorbs usus.
3. ADISON DISEASES.
2. DERAJAT KEASAMAN URINE (PH)
Dalam keadaan normal, PH urine berkisar antara : 4,6-8, dengan rata-rata : 6,5. Jadi urine berada dalam keadaan sedikit asam pada keadaan normal. Untuk pemeriksaan derajat keasaman urine ini harus dipakai urine yang segar (baru), karena urine yang telah lama derajat keasamannya akan berubah menjadi alkalis. Pada urine yang telah lama dikeluarkan oleh tubuh, maka ammonium yang terkandung di dalamnya akan diubah oleh bakteri-bakteri yang menjadi amoniak yang bersifat alkalis.
Beberapa keadaan urine yang menjadi asam adalah :
• Asidosis
• Kelaparan.
• Diarrhae.
• Diabetes Melitus.
Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi alkalis adalah
• Alakalosis.
• Muntah-muntah yang hebat.
• Infeksi saluran kencing (UTI).
Pemeriksaan derajat keasaman urine ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Kertas Lakmus.
2. PH meter.
3. BERAT JENIS URINE
Normal : 1,003-1,030, Rata-rata : 1,020.
Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah terdapat pada urine yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak.
Berat jenis ini memberikan gambaran tentang fungsi dari tubulus.
ISOSTHENURI : Suatu keadaan di mana berat jenis urine seorang selalu tetap 1,010 sepanjang hari, yaitu sama dengan berat jenis Protein Free Plasma.
Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit ginjal yang kronis dan berat.
Tehnik pemeriksaan berat jenis urine :
1. Dengan memakai alat UROMETER atau URINOMETER.
2. Dengan menggunakan metode CARIK CELUP.
4. WARNA URINE
Normal : Urine berwarna kuning muda hingga tua.
Perubahan warna urine dapat terjadi karena :
1. KEADAAN NON PATHOLOGIS :
Biasanya disebabkan oleh makanan/obat obatan :
MERAH : Wortel, Phenolphtalin, Selenium.
KUNING : Karoten, Xantonin.
HIJAU : Acriflavin.
BIRU : Methylen blue.
2. KEADAAN PATHOLOGIS :
Kuning coklat seperti the : Bilirubin.
Merah coklat : Urobilin, Porphyrin.
Putih seperti susu : Pus, Fat.
Coklat kehitaman : Melamin.
Merah berkabut coklat : Darah
5. BAU URINE.
Pada urine yang segar/baru biasanya tidak berbau keras/menyengat, tetapi pada urine yang telah lama dikeluarkan dari tubuh, ureum yang terkandung didalamnya akan diubah menjadi ammoniak oleh bakteri bakteri yang ada dalam urine, sehingga menimbulkan baru yang keras/menyengat.
Dalam keadaan normal pathologis urine dapat berbau :
• MANIS : Biasanya disebabkan oleh adanaya acetone, misalnya pada koma diabetic.
• BUSUK : Biasanya disebabkan oleh adanya infeksi, misalnya pada cystitis.
6. KEKERUAHAN URINE
Dalam keadaan normal, urine yang baru berwarna jernih.
Kekeruhan dapat terjadi oleh karena :
• Phospat : Biasanya berwarna putih, dan akan hilang bila ditetesi asam
• Urat Amorph : Biasanya berwarna kuning coklat dan didapatkan pada urine yang asam, dan bila dipanaskan akan menghilang.
• Nanah/pus : Biasanya berwarna putih keruh seperti susu, tetapi bila disaring akan kembali jernih. Bila kekeruhan disebabkan oleh kuman, maka bila disaring urine akan tetap keruh

PEMERIKSAAN KIMIA URINE
1. PROTEIN
Penyebab dari proteinuri (adanya protein dalam urine) adalah :
I. Faktor Pre Glomerulus :
Bila didapatkan peningkatan kadar protein dengan berat Molekul < albumin, misalnya : Hb, Bence Jones protein. II. Faktor Glomerulus : Perubahan pada pori glomelurus. Peningkatan permeabilitas protein : Kebocoran kapiler → NEPHROTIK SYNDROME. Proliferasi endotel → GLOMERULONEPHRITIS Kerusakan pedicale → IDIOPHATIK NEPHROSIS III. Faktor Tubulus : Gangguan reabsorbsi protein Gangguan sel. Gangguan peredaran darah. Pada kelainan ginjal, hamper selalu disertai proteinuri, tatapi proteuniri tidak selalu disebabkan oleh karena penyakit ginjal. Perubahan tekanan darah, anemi, bendungan vena, dapat menyebabkan terjadinya proteinuri. Derajat proteinuri : BERAT : bila proteinuri > 4 gram/hari.
- Nephoritik Syndrome.
- Glomerulo Nephrotik Akut dan Kronis.
- Lupus Nephritis.
SEDANG : bila proteinuri 0,5-4 gram protein/hari.
- Kebanyakan penyakit ginjal.
- Nephrosklerosis, Pyelonephritis.
- Pre eclempsi.
RINGAN : bila proteinuri < 0,5 gram protein/hari - Pyelonephritis kronis. - Polycystik kindey. - Orhhostatik proteinuri. 2. GLUKOSA Dalam keadaan normal, urine mengandung 100 – 200 mg / 24 jam bahan reduktor. Termasuk dalam bahan reduktor adalah : 1. GLUKOSA, GALAKTOSA, FRUKTOSA, PENTOSA, LAKTOSA. 2. ASCORBIC ACID, KREATININ, URIC ACID. 3. Obat obatan : SALISILAT, AMIDOPHYLILIN, CHLORALHIDRAT, PARALDEHID. Glikosuri (adanya glukosa di dalam urine), dapat terjadi bila : # Jumlah glukosa yang difiltrasi glomerulus > reabsorbsi tubulus.
# Reabsorbsi tubulus menurun.
Bila terjadi kerusakan pada glomerulus, maka reabsorbsi tubulus akan ditingkatkan sehingga tidak terjadi glikosuri.

Glikosuri dapat terjadi pada keadaan :
- Diabetes mellitus.
- Alimentary glikosuri ( banyak makan gula).
- Renal glikosuri ( pada kehamilan).
- Nephrotik syndrome.
- Trauma pada susunan syaraf pusat (SSP).
- Pemberian glukosa secara iv.
Untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dipakai test FEHLING.
- → biru
+ → hijau keruh
++ → hijau kuning
+++ → kuning merah
+++++ → merah bata
3. KETOM BODIES
Keton bodies ini terdiri dari : beta hidroksi butyric acid, acetoacetic acid, dan acetone. Terdapatnya keton bodies pada urine terjadi pada keadaan :
• Diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
• Kelaparan.
• Dehidrasi dan muntah,
• Kerja keras.
• Udara yang dingin.
Apabila metabolism kerbohidrat terganggu, maka terjadi pembakaran protein dan lemak sebagai penggantinya. Atom Carbon (C) dari protein dan lemak inilah yang akan berubah menjadi keton bodies dan dikeluarkan melalui urine.

4. BILIRUBIN.
Bila terdapat bilirubin di dalam urine berarti ini berasal dari peningkatan conyugated bilirubin di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada :
- Obstruksi extra hepatic.
- Hepatitis.
- Kerusakan sel hepar.
5. UROBILIN
Berbada dengan bilirubin diatas, maka dalam keadaan normal pun urobilin terdapat di dalam urine, tapi dalam jumlah terbatas, yaitu : 4 mg/hari.
Setelah urine dikeluarkan dari tubuh kita, beberapa jam kemudian uribilinogen akan berubah menjadi urobilin oleh adanaya cahaya.
Kadarnya di dalam urine akan meningkat pada :
- Hemolitik Sel Darah Merah.
- Parenchym Renal Diseases.
- Obstruksi saluran empedu.

PEMERIKSAAN SEDIEMEN URINE (MIKROSKOPIS)
Untuk pemeriksaan sedimen urine ini diperlukan urine yang baru, kemudian dilakukan sentrifugadi dengan kecepatan sekitar 2000 rpm, selama 5 menit. Supernatannya dibuang dan disisakan sekitar kurang lebih 1 cm bagian bawahnya.
Ambil kira-kira satu tetes dari bagian endapan tersebut dan diteteskan pada sebuah obyek Glass, kemudian tutup dengan civer glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan memakai pembesaran kecil terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembebesaran yang lebih besar.
Maksud dilakukan sentrifugasi tersebut adalah agar sel-sel atau bentukan-bentukan yang ada dalam urine dapat mengendap dan mengumpul dibagian bawah.

Bentukan-bentukan yang ada pada sediment urine biasanya berupa :
1. ORGANIS :
• Cast/silinder/torak :hyaline, ephitel, dan darah.
• Sel Epithel.
• Sel Lekosit.
• Yeast.
• Sperma.
• Bakteri.
• Parasit.
• Fibrin.
2. ANORGANIS :
• Bahan amorph : K, Na, Ca, Mg, dsb.
• Kristal : Oksalat, Uric acid.

I. TORAK/CAST/SILINDER
Terbentuknya torak/cast atau silinder ini berasal dari pengendapan protein atau penggumpalan bahan lain dalam saluran tubulus.
Torak ini berbentuk silinder oleh karena terjadinya di dalam lumen tubulus.
Torak ini dibagi lagi berdasarkan komposisi dan asal menjadi :
1. Hyalin Cast.
2. Epithel Cast.
3. Blood Cast.

1. Hyalin cast
Bentukan ini terjadi karena endapan protein di dalam lumen tubulus. Larut di dalam air, dan akan lebih mudah larut lagi bila urine bersifat alkalis. Pada urine yang telah lama, ureum yang terkandung didalamnya akan diubah menjadi amoniak oleh adanya bakteri dalam urine tersebut, sehingga urine menjadi lebih alkalis dan hyaline ini diperlukan urine yang baru.

Menurut isinya, hyaline ini dapat dibagi lagi menjadi :
• Simple hyaline cast.
Hanya berisikan endapan protein saja.
• Hyaline cellulair cast.
Berisi sel epithel, eritrosit, dan lekosit, dengan batas sel yang masih jelas.
• Hyaline granulair cast.
Bila sel-sel yang terkandung didalamnya rusak dan tinggal intinya saja yang berupa granulair cellulair debris.
• Hyaline fat cast.
Mengandung butiran lemak. Biasanya terjadi pada degenerasi tubuli dengan lemak di dalamnya.
2. Ephitel Cast.
Bentukan ini tidak mengandung protein didalamnya, tetapi hanya berisiskan sel-sel ephitel yang lepas.
Semula batas sel ephitel itu tampak jelas, dan ini disebut : CELLULAIR CAST. Berikutnya sel itu menjadi rusak, dan batas sel menjadi tidak jelas, dan terbentuk granula yang kasar, dan ini disebut : CLOSELY GRANULAR CAST. Berikutnya lagi, granula itu menjadi lebih halus dan disebut : FINELy GRANULAR CAST.
Akhirnya granula itu menjadi homogeny dan ini disebut : WAXY CAST.
3. Blood cast.
Terdapat dua macam blood cast yaitu :
a. RBC CAST (Red Blood Cell Cast) : disini batas antar sel tampak jelas.
b. TRUE BLOOD CAST : disini batas antar sel tidak tampak jelas, sehingga tampak homogeny dan bewarna merah

Berikut ini biasanya terjadi karena adanaya keradangan pada glomelurus, yaitu pada keadaan.
• Glomerulonephritis
• Pariarteritis nodusa.
• Toxic nephrosis.
• Ischemia Syndrome.
Blood cast ini terdapat dua macam bentuk yaitu :
• BROAD CAST : bila bentukan terjadi pada tubulus yang lebar, yaitu sekitar ductus colligentes (RENAL FAILURE CAST)
• NARROW CAST : bila bentukan ini terjadi pada tubulus yang sempit.
II. SEL DARAH MERAH
Dalam keadaan normal terdapat 2-3 sel darah merah/lpb (lapangan pandang besar). Bila terjadi banyak sel darah merah, maka hal ini disebut sebagai : HAEMATURI.
Biasanya hal ini didapatkan pada :
• Glomerulonephritis
• Trauma pada ginjal.
• Carcinoma kandung kencing (Ca Bladder)
• Infeksi kandung kencing.
• Penyakit kelainan darah.
• Hypertensi.
III. SEL EPHITEL.
Pada urine uang masih baru/segar, kita dapat membedakan dari mana ephitel tersebut berasal :
• Bentuk sel ephitel Kuboid : biasanya berasal dari kandung seni.
• Bentuk sel ephitel Silinder : biasanya berasal dari tubulus.
• Bentuk sel ephitel Squamos : biasnya berasal dari vagina.


IV. SEL DARAH PUTIH
Dalam keadaan normal biasanya hanya terdapt 4-5 del darah putih/lpb.
Peningkatan sel darah putih ini dapat terjadi pada : infeksi saluran kencing, atau pada pyelonephritis.
V. OVAL FAT BODIES.
Keberadaannya di dalam urine biasanya bersama dengan Fatty Cast dan menunjukkan adanya kelainan pada tubulus.





Minggu, 13 Mei 2012

ASKEP KELUARGA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakay terdiri atas kepala keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan atas adopsi (Bailon dan Maolaya, 1978).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengindentifikasi diri mereke sebagai bagian dari keluarga. (Friedman, 1998).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hbungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. (Menurut BKKBN, 1999).
2. Bentuk-Bentuk keluarga
1. Keluarga inti
2. Keluarga asal
3. Keluarga keluar
4. Keluarga berantai
5. Keluarga janda/duda
6. Keluarga komposit
7. Keluarga rehabilitasi
8. Keluarga insus
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999), lima fungsi keluarga adalah sebagai berikut
a. Fungsi efektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan pembahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga memutuskan kelangsungan keturunan dan menambah SDM.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sansang pangan dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
4. Struktur Kekuatan Keluarga
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Kemampuan keluarga saling berbagi
3. Kemampuan system pendukung diantara anggota keluarga.
4. Kemampuan perawatan dini
5. Kemampuan menyelesaikan masalah
B. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga meliputi :
a. Identifikasi data demografi dan sosio kultural
b. Lingkungan rumah
c. Struktur keluarga
d. Fungsi keluarga
e. Perkembangan keluarga
f. Strategi yang digunakan keluarga bila stress
g. Mekanisme koping
h. Budaya hidup sehat yang diaktualisasikan sehari-hari oleh keluarga.
i. Lingkungan fisik-simbolik-sosial keluarga
j. Bahasa yang digunakan
Sedangkan pengkajian pada anggota keluarga :
a. Pengkajian fisik
b. Pengkajian mental
c. Pengkajian emosional
d. Pengkajian sosial
e. Pengkajian spritual setiap keluarga
2. Menentukan Priritas Masalah
a. Berdasarkan sifat atau tifologi masalah. Penelitian masalah adalah sebagai berikut :
1. Ancaman keluarga (2) : keadaan yang dapat beresiko terjadinya penyakit, kecelakaan atau kegagalan dapat mempertahankan kesehatan optimal m,isalnya riwayat penyakit keturunan, resiko tertular, resiko kecelakaan dan lain-lain.
2. Kurang sehat (3) : suatu keadaan sedang sakit atau gagal mencapai kesehatan optimal, misalnya sedang sakit dan kegagalan tumbuh kembang.
3. Krisis (1) : suatu keadaan individu atau keluarga memerlukan penyesuaian lebih banyak dalam hal sumber daya yang dimiliki, misalnya kehamilan, aborsi, lahir diluar nikah dan kehilangan orang yang dicintai.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi masalah keperawatan atau mencegah masalah bila ada tindakan tertentu. Pemberian nilainya adalah :
( 2 ), dengan mudah
( 1 ), hanya sebagian
( 0 ), tidak dapat diubah
c. Retensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah keperawatan yang akan terjadi bila dapat dikurang atau dicegah. Pemberian nilanya adalah (3) tinggi, (2) cukup, (1) rendah.
d. Munculnya masalah adalah cara keluarga memandang dan menilai masalah keperawatan berkaitan dengan berat dan mendesaknya untuk segera diatasi untuk segera diatasi, pemberian nilainya adalah masalah berat dan harus segera diatasi (2), msalah dirasakan tetapi perlu segera diatasi (1) dan masalah tidak dirasakan (0).
No
Kriteria
Skor
Bobot
Nilai
1
Sifat masalah
1
- Ancaman
2
2/3 x 1
- Kurang sehat
3
- Krisis
1
2
Kemungkinan masalah
2
dapat diubah
Dengan mudah
2
Hanya sebagian
1
½ x 2
Tidak dapat
0
3
Retensi masalah u/ dicegah
1
Tinggi
3
cukup
2
2/3 x 1
Rendah
1
4
Menonjolnya msalah
Masalah berat yg harus segera diatasi
2
Masalah dirasakan, tapi tidak perlu
1
1
½ x 1
segera diatasi
Masalah tidak dirasakan
Masalah tidak dirasakan
0
3. Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tiga kelompok besar dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada;ah sebagai berikut :
a. Ancaman kesehatan adalah sebagai berikut
- Penyakit keturunan
- Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular
- Jumlah anggota keluarga terlalu terlalu besar atau tidak sesuai dengan kemampuan dengan sumber daya keluarga
- Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga
- Kekurangan atau kelebihan gizi
- Keadaan yang dapat menimbulkan stress
- Sanitasi lingkungan buruk
- Kebiasaan yang merugikan kesehatan
b. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mereke memantapkan kesehatan
c. Situasi krisis
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena hal-hal berikut :
- Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta
- Rasa takut akibat masalah yang diketahui
- Sikap dan falsafah hidup
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut:
- Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya msalah
- Fasilitasi kesehatan tidak terjangkau
- Ketidakcocokan pendapat terjadi antara anggota keluarga
3. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-hal sebagai berikut :
- Tidak mengetahui keadaan penyakit
- Ketidaseimbangan sumber yang ada dalam keluarga
- Konflik individu dalam keluarga
- Perilaku yang mementingkan diri sendiri
4. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mengalami kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga karena hal-hal berikut :
- Sumber dari keluarga tidak cukup
- Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
- Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari pemeliharaan lingkungan murah.
- Ketidakompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk memelihara kesehatan karena hal-hal berikut :
- Rasa takut akibat dari tindakan
- Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
- Kualitas yang diperlukan tidak terjangkau
4. Intervensi Keperawatan Keluarga
Perencanaan merupakan suatu proses merumuskan tujuan yang diharapkan sesuai prioritas masalah keperawatan keluarga, memilih strategi keperawatan yang tepat dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kebutuhan klien. Contoh intervensi diberikan kepada keperawatan keluarga antara lain :
a. Memberikan dukungan keluarga
R/. Dapat meningkatrkan minat keluarga dan tujuan
b. Mobilisasi keluarga
R/. Dapat membantu keluarga dalam meningkatkan keluarga dalam mempengaruhi kesehatan pasien melalui petunjuk positif
c. Mempertahankan proses keluarga
R/. Dapat meminimalkan efek gangguan proses keluarga
d. Dukungan saudara kandung
R/. Meningkatkan keterlibatan saudara kandung pada saat saudara laki-laki atau perempuan mengalami sakit.
e. Dukungan orang tua, remaja
R/. Dapat menyediakan bantuan orang tua dalam memahami dan membantu anak-anak remajanya
f. Keterlibatan keluarga dalam merawat klien
R/. Partisipasi keluarga dalam perawatan fisik dan emosi pasien
g. Promosi integritas keluarga
R/. Dapat meningkatkan daya kuat dan kesatuan keluarga
h. Konsultasi keluarga dengan tim kesehatan
R/. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terhadap masalah-masalah yang sering terjadi dalam keluarga.
i. Melakukan modifikasi lingkungan
R/. Meningkatkan taraf kesehatan lingkungan.
j. Melakukan strategi pembelajaran dalam keluarga
R/. Agar keluarga dapat menjadi keluarga yang mudah dalam mengatasi konflik dan krisis keluarga.
k. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan terhadap anggota keluarga yang mengalami sakit.
R/. Untuk menyembuhkan penyakitnya dan dapat beraktifitas kembali.
5. Implementasi Keperawatan Keluarga
Implementasi keperawatan keluarga merupakan suatu proses aktualisasi rencana intervensi dan memanfaatkan berbagai sumber dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam kesehatan.
6. Evaluasi Keperawatan Keluarga
Merupakan proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan sikap anggota keluarga. Evaluasi terdiri dari : 1. Diagnosa keperawatan
2. Hari dan tanggal
3. Evaluasi terdiri dari SOAP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakay terdiri atas kepala keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Adapun pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga meliputi :
- Data demografi dan sosio kultural
- Data Lingkungan rumah
- Struktur keluarga
- Mekanisme koping
sedangkan pada anggota keluarga yaitu :
- Pengkajian fisik
- Pengkajian mental
- Pengkajian emosional
- Pengkajian sosial
- Pengkajian spritual setiap keluarga
B. Saran dan Kritik
Kami berharap seluruh mahasiswa kesehatan mampu memahami dan mengetahui tentang penyusunan asuhan keluarga walau dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
- Suharto, S.Kp. M.Kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC
- Suprajitno, S.Kp. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC