home

Kamis, 07 Juni 2012

Pemeriksaan urine


PEMERIKSAAN URINE


Pemeriksaan pada urine meliputi :
1. Pemeriksaan fisik urine : Jumlah, Ph, warna, bau, dan kekeruhan.
2. Pemeriksaan kimia urine : protein, glukosa, keton bodies, bilirubin, urobilin.
3. Pemeriksaan Mikroskopis : Pemerikasaan sediment urine.
4. Pemeriksaan Bakteriologi : Kultur, test kepekaan antibiotic.

PEMERIKSAAN FISIK URINE
1. JUMLAH / VOLUME URINE
Pada keadaan normal volume selama 24 jam adalah : 600 – 1600 ml.
Dikatakan OLIGOURI bila volume mencapai : 100 – 600 ml / 24 jam.
Dikatakan ANURI, bila volume mencapai : kurang atau sama dengan 100 ml / 24 jam.
Besarnya volume urine seseorang amat tergantung pada :
• Intake cairan : makan / minum.
• Kehilangan cairan : keringat.
• Suhu badan.
• suhu sekitarnya.
Penyebabnya terjadi oliguari adalah :
I. FAKTOR RENAL :
1. Akut tubulair nekrosis.
2. Akut glomerulal nekrosis.
II. FAKTOR NON RENAL :
1. Penurunan intake cairan.
2. Peningkatan kehilangan cairan.
Penyebab terjadinya POLIURI : (produksi urine > 2500 ml / 24 jam).
1. Kronik Renal Diseases.
2. Diabetes Insipidus.
3. Polydipsi.
4. Obat Diuretika.
Dalam keadaan normal, volume urine pada siang hari > malam hari. Volume urine pada malam hari dapat > siang hari pada keadaan :
1. Glomerulo Tubulair Diseases yang berat.
2. Gangguan pada absorbs usus.
3. ADISON DISEASES.
2. DERAJAT KEASAMAN URINE (PH)
Dalam keadaan normal, PH urine berkisar antara : 4,6-8, dengan rata-rata : 6,5. Jadi urine berada dalam keadaan sedikit asam pada keadaan normal. Untuk pemeriksaan derajat keasaman urine ini harus dipakai urine yang segar (baru), karena urine yang telah lama derajat keasamannya akan berubah menjadi alkalis. Pada urine yang telah lama dikeluarkan oleh tubuh, maka ammonium yang terkandung di dalamnya akan diubah oleh bakteri-bakteri yang menjadi amoniak yang bersifat alkalis.
Beberapa keadaan urine yang menjadi asam adalah :
• Asidosis
• Kelaparan.
• Diarrhae.
• Diabetes Melitus.
Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi alkalis adalah
• Alakalosis.
• Muntah-muntah yang hebat.
• Infeksi saluran kencing (UTI).
Pemeriksaan derajat keasaman urine ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Kertas Lakmus.
2. PH meter.
3. BERAT JENIS URINE
Normal : 1,003-1,030, Rata-rata : 1,020.
Berat jenis urine tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah terdapat pada urine yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak.
Berat jenis ini memberikan gambaran tentang fungsi dari tubulus.
ISOSTHENURI : Suatu keadaan di mana berat jenis urine seorang selalu tetap 1,010 sepanjang hari, yaitu sama dengan berat jenis Protein Free Plasma.
Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit ginjal yang kronis dan berat.
Tehnik pemeriksaan berat jenis urine :
1. Dengan memakai alat UROMETER atau URINOMETER.
2. Dengan menggunakan metode CARIK CELUP.
4. WARNA URINE
Normal : Urine berwarna kuning muda hingga tua.
Perubahan warna urine dapat terjadi karena :
1. KEADAAN NON PATHOLOGIS :
Biasanya disebabkan oleh makanan/obat obatan :
MERAH : Wortel, Phenolphtalin, Selenium.
KUNING : Karoten, Xantonin.
HIJAU : Acriflavin.
BIRU : Methylen blue.
2. KEADAAN PATHOLOGIS :
Kuning coklat seperti the : Bilirubin.
Merah coklat : Urobilin, Porphyrin.
Putih seperti susu : Pus, Fat.
Coklat kehitaman : Melamin.
Merah berkabut coklat : Darah
5. BAU URINE.
Pada urine yang segar/baru biasanya tidak berbau keras/menyengat, tetapi pada urine yang telah lama dikeluarkan dari tubuh, ureum yang terkandung didalamnya akan diubah menjadi ammoniak oleh bakteri bakteri yang ada dalam urine, sehingga menimbulkan baru yang keras/menyengat.
Dalam keadaan normal pathologis urine dapat berbau :
• MANIS : Biasanya disebabkan oleh adanaya acetone, misalnya pada koma diabetic.
• BUSUK : Biasanya disebabkan oleh adanya infeksi, misalnya pada cystitis.
6. KEKERUAHAN URINE
Dalam keadaan normal, urine yang baru berwarna jernih.
Kekeruhan dapat terjadi oleh karena :
• Phospat : Biasanya berwarna putih, dan akan hilang bila ditetesi asam
• Urat Amorph : Biasanya berwarna kuning coklat dan didapatkan pada urine yang asam, dan bila dipanaskan akan menghilang.
• Nanah/pus : Biasanya berwarna putih keruh seperti susu, tetapi bila disaring akan kembali jernih. Bila kekeruhan disebabkan oleh kuman, maka bila disaring urine akan tetap keruh

PEMERIKSAAN KIMIA URINE
1. PROTEIN
Penyebab dari proteinuri (adanya protein dalam urine) adalah :
I. Faktor Pre Glomerulus :
Bila didapatkan peningkatan kadar protein dengan berat Molekul < albumin, misalnya : Hb, Bence Jones protein. II. Faktor Glomerulus : Perubahan pada pori glomelurus. Peningkatan permeabilitas protein : Kebocoran kapiler → NEPHROTIK SYNDROME. Proliferasi endotel → GLOMERULONEPHRITIS Kerusakan pedicale → IDIOPHATIK NEPHROSIS III. Faktor Tubulus : Gangguan reabsorbsi protein Gangguan sel. Gangguan peredaran darah. Pada kelainan ginjal, hamper selalu disertai proteinuri, tatapi proteuniri tidak selalu disebabkan oleh karena penyakit ginjal. Perubahan tekanan darah, anemi, bendungan vena, dapat menyebabkan terjadinya proteinuri. Derajat proteinuri : BERAT : bila proteinuri > 4 gram/hari.
- Nephoritik Syndrome.
- Glomerulo Nephrotik Akut dan Kronis.
- Lupus Nephritis.
SEDANG : bila proteinuri 0,5-4 gram protein/hari.
- Kebanyakan penyakit ginjal.
- Nephrosklerosis, Pyelonephritis.
- Pre eclempsi.
RINGAN : bila proteinuri < 0,5 gram protein/hari - Pyelonephritis kronis. - Polycystik kindey. - Orhhostatik proteinuri. 2. GLUKOSA Dalam keadaan normal, urine mengandung 100 – 200 mg / 24 jam bahan reduktor. Termasuk dalam bahan reduktor adalah : 1. GLUKOSA, GALAKTOSA, FRUKTOSA, PENTOSA, LAKTOSA. 2. ASCORBIC ACID, KREATININ, URIC ACID. 3. Obat obatan : SALISILAT, AMIDOPHYLILIN, CHLORALHIDRAT, PARALDEHID. Glikosuri (adanya glukosa di dalam urine), dapat terjadi bila : # Jumlah glukosa yang difiltrasi glomerulus > reabsorbsi tubulus.
# Reabsorbsi tubulus menurun.
Bila terjadi kerusakan pada glomerulus, maka reabsorbsi tubulus akan ditingkatkan sehingga tidak terjadi glikosuri.

Glikosuri dapat terjadi pada keadaan :
- Diabetes mellitus.
- Alimentary glikosuri ( banyak makan gula).
- Renal glikosuri ( pada kehamilan).
- Nephrotik syndrome.
- Trauma pada susunan syaraf pusat (SSP).
- Pemberian glukosa secara iv.
Untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine dipakai test FEHLING.
- → biru
+ → hijau keruh
++ → hijau kuning
+++ → kuning merah
+++++ → merah bata
3. KETOM BODIES
Keton bodies ini terdiri dari : beta hidroksi butyric acid, acetoacetic acid, dan acetone. Terdapatnya keton bodies pada urine terjadi pada keadaan :
• Diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
• Kelaparan.
• Dehidrasi dan muntah,
• Kerja keras.
• Udara yang dingin.
Apabila metabolism kerbohidrat terganggu, maka terjadi pembakaran protein dan lemak sebagai penggantinya. Atom Carbon (C) dari protein dan lemak inilah yang akan berubah menjadi keton bodies dan dikeluarkan melalui urine.

4. BILIRUBIN.
Bila terdapat bilirubin di dalam urine berarti ini berasal dari peningkatan conyugated bilirubin di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada :
- Obstruksi extra hepatic.
- Hepatitis.
- Kerusakan sel hepar.
5. UROBILIN
Berbada dengan bilirubin diatas, maka dalam keadaan normal pun urobilin terdapat di dalam urine, tapi dalam jumlah terbatas, yaitu : 4 mg/hari.
Setelah urine dikeluarkan dari tubuh kita, beberapa jam kemudian uribilinogen akan berubah menjadi urobilin oleh adanaya cahaya.
Kadarnya di dalam urine akan meningkat pada :
- Hemolitik Sel Darah Merah.
- Parenchym Renal Diseases.
- Obstruksi saluran empedu.

PEMERIKSAAN SEDIEMEN URINE (MIKROSKOPIS)
Untuk pemeriksaan sedimen urine ini diperlukan urine yang baru, kemudian dilakukan sentrifugadi dengan kecepatan sekitar 2000 rpm, selama 5 menit. Supernatannya dibuang dan disisakan sekitar kurang lebih 1 cm bagian bawahnya.
Ambil kira-kira satu tetes dari bagian endapan tersebut dan diteteskan pada sebuah obyek Glass, kemudian tutup dengan civer glass dan diperiksa di bawah mikroskop dengan memakai pembesaran kecil terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pembebesaran yang lebih besar.
Maksud dilakukan sentrifugasi tersebut adalah agar sel-sel atau bentukan-bentukan yang ada dalam urine dapat mengendap dan mengumpul dibagian bawah.

Bentukan-bentukan yang ada pada sediment urine biasanya berupa :
1. ORGANIS :
• Cast/silinder/torak :hyaline, ephitel, dan darah.
• Sel Epithel.
• Sel Lekosit.
• Yeast.
• Sperma.
• Bakteri.
• Parasit.
• Fibrin.
2. ANORGANIS :
• Bahan amorph : K, Na, Ca, Mg, dsb.
• Kristal : Oksalat, Uric acid.

I. TORAK/CAST/SILINDER
Terbentuknya torak/cast atau silinder ini berasal dari pengendapan protein atau penggumpalan bahan lain dalam saluran tubulus.
Torak ini berbentuk silinder oleh karena terjadinya di dalam lumen tubulus.
Torak ini dibagi lagi berdasarkan komposisi dan asal menjadi :
1. Hyalin Cast.
2. Epithel Cast.
3. Blood Cast.

1. Hyalin cast
Bentukan ini terjadi karena endapan protein di dalam lumen tubulus. Larut di dalam air, dan akan lebih mudah larut lagi bila urine bersifat alkalis. Pada urine yang telah lama, ureum yang terkandung didalamnya akan diubah menjadi amoniak oleh adanya bakteri dalam urine tersebut, sehingga urine menjadi lebih alkalis dan hyaline ini diperlukan urine yang baru.

Menurut isinya, hyaline ini dapat dibagi lagi menjadi :
• Simple hyaline cast.
Hanya berisikan endapan protein saja.
• Hyaline cellulair cast.
Berisi sel epithel, eritrosit, dan lekosit, dengan batas sel yang masih jelas.
• Hyaline granulair cast.
Bila sel-sel yang terkandung didalamnya rusak dan tinggal intinya saja yang berupa granulair cellulair debris.
• Hyaline fat cast.
Mengandung butiran lemak. Biasanya terjadi pada degenerasi tubuli dengan lemak di dalamnya.
2. Ephitel Cast.
Bentukan ini tidak mengandung protein didalamnya, tetapi hanya berisiskan sel-sel ephitel yang lepas.
Semula batas sel ephitel itu tampak jelas, dan ini disebut : CELLULAIR CAST. Berikutnya sel itu menjadi rusak, dan batas sel menjadi tidak jelas, dan terbentuk granula yang kasar, dan ini disebut : CLOSELY GRANULAR CAST. Berikutnya lagi, granula itu menjadi lebih halus dan disebut : FINELy GRANULAR CAST.
Akhirnya granula itu menjadi homogeny dan ini disebut : WAXY CAST.
3. Blood cast.
Terdapat dua macam blood cast yaitu :
a. RBC CAST (Red Blood Cell Cast) : disini batas antar sel tampak jelas.
b. TRUE BLOOD CAST : disini batas antar sel tidak tampak jelas, sehingga tampak homogeny dan bewarna merah

Berikut ini biasanya terjadi karena adanaya keradangan pada glomelurus, yaitu pada keadaan.
• Glomerulonephritis
• Pariarteritis nodusa.
• Toxic nephrosis.
• Ischemia Syndrome.
Blood cast ini terdapat dua macam bentuk yaitu :
• BROAD CAST : bila bentukan terjadi pada tubulus yang lebar, yaitu sekitar ductus colligentes (RENAL FAILURE CAST)
• NARROW CAST : bila bentukan ini terjadi pada tubulus yang sempit.
II. SEL DARAH MERAH
Dalam keadaan normal terdapat 2-3 sel darah merah/lpb (lapangan pandang besar). Bila terjadi banyak sel darah merah, maka hal ini disebut sebagai : HAEMATURI.
Biasanya hal ini didapatkan pada :
• Glomerulonephritis
• Trauma pada ginjal.
• Carcinoma kandung kencing (Ca Bladder)
• Infeksi kandung kencing.
• Penyakit kelainan darah.
• Hypertensi.
III. SEL EPHITEL.
Pada urine uang masih baru/segar, kita dapat membedakan dari mana ephitel tersebut berasal :
• Bentuk sel ephitel Kuboid : biasanya berasal dari kandung seni.
• Bentuk sel ephitel Silinder : biasanya berasal dari tubulus.
• Bentuk sel ephitel Squamos : biasnya berasal dari vagina.


IV. SEL DARAH PUTIH
Dalam keadaan normal biasanya hanya terdapt 4-5 del darah putih/lpb.
Peningkatan sel darah putih ini dapat terjadi pada : infeksi saluran kencing, atau pada pyelonephritis.
V. OVAL FAT BODIES.
Keberadaannya di dalam urine biasanya bersama dengan Fatty Cast dan menunjukkan adanya kelainan pada tubulus.